Kelompok 3 :
Husni
Mubarok Tarusdi Ayu Nurjannah Nita Nuramalah
Rosi
Wulandari Siti Juleha
BAB. I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam bahasa arab, aturan gramatikal mempunyai
perbedaan yang sangat jauh terhadap bahasa indonesia. Karena gramatikal bahasa
arab yang begitu rumit sehingga para pembelajar bahasa arab merasa kesulitan
dalam mempelajarinya. Termasuk dalam hal ini salah satunya adalah yang
berkaitan dengan Isim Maushul, dalam gramatikal bahasa arab mempunyai
banyak varian makna, tetapi dalam bahasa indonesia mempunyai satu kata yaitu "Yang".
Tetapi kata tersebut dalam bahasa indonesia tidak terikat dengan adanya aturan
antara Mudzakkar dan Muannats. Sedangkan dalam bahasa arab kata
tersebut mempunyai lafazh yang sesuai dengan konteksnya.
B.
Batasan Masalah
Supaya
dalam penulisan makalah ini tidak keluar dari topik yang akan di bahas, maka
penulis akan membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu :
1.
Apa
definisi dari Isim Maushul?
2.
Apa
saja pembagian Isim Maushul itu?
3.
Apa
saja pokok-pokok yang berkaitan dengan Isim Maushul?
4.
Bagaimana
hasil analisis contoh-contoh Jumlah yang di dalamnya terdapat Isim
Maushul pada skripsi yang akan
dianalisis?
C.
Tujuan Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini, penyusun telah menemukan beberapa tujuan, diantaranya :
1.
Mengetahui
dan memahami tentang definisi dan pengertian Isim Maushul;
2.
Mengetahui
macam-macam Isim Maushul;
3.
Mengetahui
dan memahami beberapa pokok penting dalam Isim Maushul;
4.
Mengamati
hasil analisis salah satu skripsi yang mengandung Isim Maushul.
D.
Sistematika Penulisan
Dalam penyelesaian
penyusunan makalah ini penulis menggunakan study kepustakaan, yaitu penulis
mencari buku-buku yang berhubungan dengan ANALISIS ISIM MAUSHUL PADA SKRIPSI YANG BERJUDUL ﴿ فعالية إستخدام الوسائل التعليمية مكرو ميديا فلاشه
لترقية مهارة الكلام﴾ Karya Syaekhu Ali Ramadhan".serta berbagai
sumber lainnya, baik dari buku, kitab, jurnal, ataupun sumber-sumber yang
relevan lainnya.
BAB. II
ISI & PEMBAHASAN
A.
Pengertian Isim Maushul
Secara harfiyah, Al-Maushul (الموصول)
artinya : yang disambungkan atau yang dihubungkan (Fahmi, 2002 :
95). Secara sederhana, isim maushul
disebut juga dengan kata penghubung. Hal tersebut karena isim maushul berfungsi
menghubungkan beberapa kalimat atau pikiran pokok menjadi satu kesatuan
(Rusdianto, 2013 :42). Isim Maushul adalah isim yang membutuhkan Shilah
(penghubung) dan 'aa-id (yakni Dhomir yang Zhohir atau
Mustatir yang merujuk atau kembali kepadanya) (Anwar & Bakar, 2005 :
98).
Contoh :
جَآءَ الَّذِيْ
نَصَرَ أَحْمَدَ
Tidak datang orang yang menolong Ahmad.
Pada lafazh نَصَرَ
tersimpan dhomir هُوَ
yang kembali kepada isim maushul, yaitu الَّذِيْ.
Redaksi lain mengatakan, Isim Maushul adalah
kata yang menggantikan seseorang atau kebendaan dan disebutkan ketentuannya
pada kalimat yang menjadi shilah-nya (Huda, 2011 : 11).
Isim Maushul digolongkan ke dalam Isim Ma'rifat karena
isim ini memperjelas kata benda yang sudah jelas (Isim Ma'rifat), dengan
menggunakan kalimat yang terletak sesudah Isim Maushul (Rusdianto, 2013
: 42).
B.
Pembagian Isim Maushul
Isim Maushul dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Isim Maushul Nash (Ismu'i, 98 : 76)/Maushul Ismi (Anwar, 2007 :
52).
الَّذِيْ، اللَّذَانِ\اللَّذَيْنِ، الَّذِيْنَ، الَّتِيْ،
اللَّتَانِ\اللَّتَيْنِ، الْأُلَى، اللَّذُوْنَ، اللَّائِيْ، اللَّاتِيْ،
اللَّوَاتِيْ، اللَّاءِ
|
2. Maushul harfi (Anwar, 2007 : 52).
أَنْ مَصْدَرِيَّة، أَنَّ تَوْكِيْد، كَيْ، مَا مَصْدَرِيَّةْ، مَا
مَصْدَرِيَّةْ لَيْسَ ظَرْفِيَّة، لَوْ
|
a)
أَنْ مَصْدَرِيَّة yang dapat disambungkan kepada fi'il yang munshorif.
Contoh :
1)
Fi'il Madhi :
عَجِبْتُ مِنْ
أَنْ قَامَ زَيْدٌ
2)
Fi'il Mudhori' :
عَجِبْتُ مِنْ
أَنْ يَقُوْمَ زَيْدٌ
3)
Fi'il Amar :
أَشَرْتُ
إِلَيْهِ بِأَنْ قُمْ
b)
أَنَّ yang disambungkan kepada isim dan khabarnya.
c)
كَيْ
yang disambungkan hanya kepada fi'il mudhori.'
d) مَا
مَصْدَرِيَّة ظَرْفِيَّة dan bukan ظَرْفِيَّة
3. Isim Maushul dengan lafazh Al (ال) (Anwar
& Bakar, 2005 : 106).
Alif lam (ال) dapat
digunakan untuk menunjukkan yang berakal dan yang tidak berakal. Hanya saja hal
ini masih diperselisihkan di kalangan ahli nahwu. Sebagian di antara mereka
mengatakan bahwa alif dan lam (ال)
ini dianggap sebgaia isim maushul, pendapat inilah yang shohih.
Pendapat lainnya mengatakan "Sebagai huruf maushul" yang
lainnya lagi mengatakan "Sebagai huruf ta'rif" dan tidak ada
kaitannya sama sekali dengan maushul (Bakar, 2012 : 93).
Sesungguhnya Al (ال)
menjadi Isim Maushul apabila masuk kepada Isim Fa'il atau Isim
Maf'ul (Anwar & Bakar, 2005 : 106). Contoh :
إِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ
﴿الْحَدِيْدُ [57] : 18﴾
"Sesungguhnya
orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasulnya), baik laki-laki maupun
perempuan". (QS. Al-Hadid
[57] : 18).
Isim Fa'il adalah bentuk kata benda yang diambil dari
kata kerja dan manunjukkan pelaku (yang mengerjakan pekerjaan atau yang
bersifatkan) (Zaenuddin, dkk, 2012 : 101). Sedangkan Isim Maf'ul adalah
bentuk kata benda yang diambil dari kata kerja dan menunjukkan objek (yang
dikerjakan) (Zaenuddin, dkk, 2012 :
107).
Selain masuk pada Isim Fa'il dan Isim
Maf'ul, juga bisa masuk pada Sifat Musyabihat, tetapi masih
diperselisihkan. Menurut Syekh Abdul Hasan Ibnu Ushfurpun tidak menentu
pendapatnya. Kadang-kadang mengatakan :"sesungguhnya Al ini adalah Maushul",
kadang-kadang mengatakan :"tidak boleh dijadikan Maushul" (Abu
Bakar, 2012 : 100).
Sifat Musyabbihat adalah bentuk kata sifat yang pengrtiannya
sama dengan Isim Fa'il, yaitu "Yang Melakukan". Bedanya
dengan Isim Fa'il adalah bahwa Sifat Musyabbihat itu tidak
mengandung waktu sedangkan Isim Fa'il mengandung Waktu, yaitu
"Akan" (Harun, 2010 : 201).
4.
Maushul Musytarik (Anwar & Bakar, 2005 : 106).
مَنْ، مَا، أَيٌّ، أَلْ، ذُوْ، ذَا
|
Keenam lafazh di atas termasuk dalam kelompok Isim
Maushul Musytarik (bersekutu dengan Mufrad yang Mudzakkar dan
Mufrad yang Muannats dengan cabang-cabangnya) (Anwar & Bakar,
2005 : 102).
مَنْ
|
Digunakan untuk menunjukkan makna yang berakal
|
مَا
|
Digunakan untuk menunjukkan makna yang tidak berakal
|
أَيٌّ
|
Digunakan untuk menunjukkan makna yang berakal dan yang
tidak berakal
|
أَلْ
|
|
ذُوْ
|
|
ذَا
|
C.
Pokok-pokok dalam Isim Maushul
Dalam pembahasan Isim Maushul, ada dua
hal pokok yang perlu kita pahami, yaitu Shilah (الصلة)
dan Dhomir 'Aid (الضمير العائد)
(Fahmi, 2002 : 97).
1.
Shilah
Secara harfiyah, Shilah (الصلة)
artinya Sambungan atau Hubungan (Fahmi, 2002 : 97). Setiap Isim
Maushul pasti mempunyai Shilah yang kemudian disebut Shilah Isim
Maushul. Shilah tersebut bisa berupa :
a)
Jumlah Fi'liyah
Yang dinamakan dengan Jumlah adalah
susunan kata/lafazh yang mempunyai arti sempurna ketika yang berbicara telah
diam, isi pembicaraannya bisa dipahami oleh yang mendengar (Ghufron, 2012 :
55). Jumlah Fi'liyyah adalah jumlah yang dimulai dengan Kalimah Fi'il,
baik Fi'il Madhi, Mudhori', Amr, maupun Nahi (Fahmi, 2002 : 97).
Contoh Isim Maushul berikut Shilah-nya
berupa Jumlah Fi'liyyah dan Dhomir 'Aid-nya :
ذٰلِكَ
الْكِتَابُ لَارَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ ﴿2﴾ الَّذِيْنَ
يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ
الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ ﴿3﴾. ﴿الْبَقَرَة
[2] : 2-3﴾.
Artinya :
"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka
yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian
rezzeki yang Kami anugerahkan kepada mereka". (QS. Al-Baqarah [2] : 2-3).
Analisis :
Pada ujung ayat pertama di atas terdapat kalimah
الْمُتَّقِيْنَ(Mereka yang
bertaqwa) yang berbentuk Jamak Mudzakkar, dan ayat berikutnya dimaksudkan
untuk menjelaskan siapa الْمُتَّقِيْنَ itu? Oleh karenanya, Isim Maushul yang
digunakan adalah juga Isim Maushul untuk Jamak Mudzakkar, yaitu الَّذِيْنَ . sedangkan Kalimah يُؤْمِنُوْنَ adalah Shilahnya berupa Jumlah
Fi'liyyah, oleh karena ia adalah bentuk Fi'il Mudhori'. Kalimah يُؤْمِنُوْنَ mengandung dhamir jamak Mudzakkar,
yaitu هُمْ dan dhamir inilah
yang dimaksud dengan Dhamir 'Aid dan ia berkedudukan sebagai Fa'ilnya.
b)
Jumlah Ismiyah
Jumlah Ismiyyah adalah jumlah yang dimulai dengan Kalimah
Isim yang terdiri dari Mubtada' (subjek) dan Khabar
(predikat) (Fahmi, 2002 : 98). Jumlah ismiyyah disebut juga dengan Kalimat
Nomina, yaitu kalimat yang tersusun dari Mubtada' dan Khabar,
pada asalnya kalimat nominal ini berfungsi hanya untuk menetapkan keterkaitan
sesuatu dengan sesuatu tanpa mengindahkan aspek kebaruan dan kesinambungan
(Al-Farisi, 2011 : 227).
Contoh Isim Maushul berikut Shilah-nya
berupa Jumlah Ismiyyah dan Dhomir 'Aid-nya :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ
﴿1﴾ الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلٰوتِهِمْ خَاشِعُوْنَ
﴿2﴾. ﴿الْمُؤْمِنُوْنَ [23] : 1-2﴾
Artinya :
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyang". (QS. Al-Mu'minun [23] : 1-2).
Analisis :
Pada ujung ayat pertama di atas terdapat Kalimah
الْمُؤْمِنُوْنَ (Orang-Orang Yang Beriman) yang berbentuk Jamak Mudzakkar, dan
ayat berikutnya dimaksudkan untuk menjelaskan siapa الْمُؤْمِنُوْنَ itu? Oleh karenanya, Isim Maushul yang
digunakan adalah juga Isim Maushul untuk Jamak Mudzakkar,
yaitu الَّذِيْنَ. Sedangkan Kalimah
هُمْ فِيْ صَلٰوتِهِمْ خَاشِعُوْنَ adalah Shilahnya berupa Jumlah Ismiyyah, oleh karena ia
dimulai dengan Kalimah Isim, yaitu Isim Dhomir هُم. Isim
Dhomir هُمْ
berkedudukan sebagai Mubtada', sedangkan Kalimah خَاشِعُوْنَ
berkedudukan sebagai Khobarnya. Jadi, pada Shilah itu terdapat Dhomir
Jamak Mudzakkar yaitu هُم,
dan Dhamir inilah yang dimaksud dengan Dhomir 'Aid. Dengan
demikian, sesuailah antara Isim Maushul dan Dhmair 'Aid-nya,
yaitu sama-sama Jamak Mudzakkar.
c)
Syibhul Jumlah
Secara Harfiyah, Syibh artinya susunan
kalimah yang menyerupai jumlah, yang dimaksud dengan Syibh Jumlah adalah
susunan kalimah yang terdiri dari Jarr-Majrur dan Zharaf-Mazhruf (Fahmi,
2002 : 98).
2.
Dhomir 'Aid
Secara harfiyah, Dhomir 'Aid artinya
dhomir yang kembali, setiap Shilah Isim Maushul harus mengandung Isim
Dhomir yang kembali dan sesuai dengan Isim Maushul-nya (Fahmi, 2002
: 98). Mengenai hal ini, perhatikan tabel berikut ini :
الواقع
|
الضمير العائد
|
إسم موصول
|
مفرد مذكر
|
هُوَ
|
الَّذِيْ
|
مثنى مذكر
|
هُمَا
|
الَّذَيْنِ، الَّذَانِ
|
جمع مذكر
|
هُمْ
|
الَّذِيْنَ،
الْأُلٰى
|
مفرد مؤنث
|
هِيَ
|
الَّتِيْ
|
مثنى مؤنث
|
هُمَا
|
اللَّتَانِ،
اللَّتَيْنِ
|
جمع مؤنث
|
هُنَّ
|
اللَّاتِيْ،
اللَّاتِ، اللَّائِيْ، اللَّاءِ
|
D.
Analisis beberapa contoh jumlah yang
mengandung Isim Maushul pada skripsi yang berjudul ﴿ فعالية إستخدام الوسائل التعليمية مكرو ميديا فلاشه
لترقية مهارة الكلام﴾ Karya Syaekhu Ali Ramadhan"
1. في اللغة العربية
والمميزات التي لا توجد في اللغات الأخرى
2. يحتاج التعليم
الى وسائل الإيضاح التى تساعد سائر التعليم.
3. لانها إحدى
الوسائل التى لها قيمة معينة
4. بين الطلاب الذين يتعلمون بإستخدام
الوسائل التعليمية مكرومديا فلاشه
5. والذين يتعلمون بدون إستخدامها.
6. و الفرضية التي
يؤمن بها
7.
توصل الباحث إلى النتائج التي
على أن الوسيلة المصممة
8.
من هذاالبحث حصلت الباحثة التدريبات المبرمجة
التي تتكون من
9. والتى لا تعتمد
أساسا على ألفاظ واللغة
10. على أنها تلك المواد التى
تعتمد
11. فهو
النظر الذي وضح عن مأوية المعارف
12. والنشاط
الذي يملكه الشخص
13. والتجربة
المباشرة التي فعلها الشخص نفسه
Analisis :
Pada contoh
nomor 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, dan 13, terdapat Isim Maushul dengan
lafazh الَّتِيْ,
sedangkan pada contoh nomor 4, 5, 11, dan 12 terdapat Isim Maushul
dengan lafazh الَّذِيْ.
Dan pada contoh nomor 7, 8, dan 13 terdapat Isim Maushul tetapi
dalam bentuk Alif Lam (ال)
yang masuk pada bentuk Isim Maf'ul.
Ketiga belas
contoh tersebut di atas mengandung Isim Maushul yang berbeda-beda
bentuknya terutama dalam bentuk berdasarkan jenis dan bilangannya.
BAB. III
PENUTUP
Kesimpulan :
1.
Isim Maushul adalah isim yang membutuhkan Shilah (penghubung)
dan 'aa-id (yakni Dhomir yang Zhohir atau Mustatir
yang merujuk atau kembali kepadanya.
2.
Isim Maushul dibagi menjadi empat, yaitu :
a.
Isim Maushul Nash/Maushul Ismi
b.
Maushul harfi
c.
Isim Maushul dengan lafazh Al (ال)
d.
Maushul Musytarik
DAFTAR PUSTAKA
رمضان، شيخ علي. 2013. فعالية
إستخدام الوسائل التعليمية مكرو ميديا فلاشه
لترقية مهارة الكلام ﴿الرسالة﴾. شربون : جامعة شيخ نورجاتي الإسلامية الحكومية.
Abu Bakar, Bahrun. 2012. Terjemahan Alfiyah Syarah
Ibnu 'Aqil. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Al-Farisi, M. Zaka. 2011. Pedoman Penerjemahan
Arab-Indonesia. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Anwar, Moch. & Abu Bakar, Anwar. 2005. Ilmu
Nahwu Terjemahan Mutammimah Al-Ajurumiyyah. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Anwar, Moch. 2007. Tarjamah Matan Afiyah.
Bandung : PT. Al-Ma'arif.
Departeman Agama RI. 1996. Al-Qur’an Al-Karim dan
Terjemahannya. Semarang : PT. Karya Toha Putra.
Fahmi, Akrom. AH. 1999. Ilmu Nahwu & Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab)
Praktis dan Aplikatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Harun, Salman. 2010. Pintar Bahasa Arab Al-Qur'an,
Cara Cepat Belajar Bahasa Arab Agar Paham Al-Qur'an. Tangerang :
Lentera Hati.
Huda, Nurul. 2011. Mudah Belajar Bahasa Arab.
Jakarta : Amzah.
Ismu'u, Hasyim. 1998. Terjemah Mutammimah Al-Ajurumiyyah,
Ilmu Nahwu. Surabaya :
Salim Nabhan.
Rafiq, Aunur
bin Ghufron. 2012. Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab. Gresik :
Pustaka Al-Furqan.
Rusdianto. 2013. Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat.
Jogjakarta : DIVA Press.
Zaenuddin, Mamat., dkk. 2012. Pengantar Morfologi Arab.
Bandung : Zein Al-Bayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar