Sabtu, 21 Februari 2015

Isim Maushul



Kelompok 3 :
Husni Mubarok         Tarusdi           Ayu Nurjannah         Nita Nuramalah       
Rosi Wulandari         Siti Juleha
BAB. I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Dalam bahasa arab, aturan gramatikal mempunyai perbedaan yang sangat jauh terhadap bahasa indonesia. Karena gramatikal bahasa arab yang begitu rumit sehingga para pembelajar bahasa arab merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Termasuk dalam hal ini salah satunya adalah yang berkaitan dengan Isim Maushul, dalam gramatikal bahasa arab mempunyai banyak varian makna, tetapi dalam bahasa indonesia mempunyai satu kata yaitu "Yang". Tetapi kata tersebut dalam bahasa indonesia tidak terikat dengan adanya aturan antara Mudzakkar dan Muannats. Sedangkan dalam bahasa arab kata tersebut mempunyai lafazh yang sesuai dengan konteksnya.
B.       Batasan Masalah
Supaya dalam penulisan makalah ini tidak keluar dari topik yang akan di bahas, maka penulis akan membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu :
1.         Apa definisi dari Isim Maushul?
2.         Apa saja pembagian Isim Maushul itu?
3.         Apa saja pokok-pokok yang berkaitan dengan Isim Maushul?
4.         Bagaimana hasil analisis contoh-contoh Jumlah yang di dalamnya terdapat Isim Maushul  pada skripsi yang akan dianalisis?
C.      Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penyusun telah menemukan beberapa tujuan, diantaranya :
1.         Mengetahui dan memahami tentang definisi dan pengertian Isim Maushul;
2.         Mengetahui macam-macam Isim Maushul;
3.         Mengetahui dan memahami beberapa pokok penting dalam Isim Maushul;
4.         Mengamati hasil analisis salah satu skripsi yang mengandung Isim Maushul.
D.      Sistematika Penulisan
Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan study kepustakaan, yaitu penulis mencari buku-buku yang berhubungan dengan ANALISIS ISIM MAUSHUL PADA SKRIPSI YANG BERJUDUL ﴿ فعالية إستخدام الوسائل التعليمية مكرو ميديا فلاشه لترقية مهارة الكلام Karya Syaekhu Ali Ramadhan".serta berbagai sumber lainnya, baik dari buku, kitab, jurnal, ataupun sumber-sumber yang relevan lainnya.







BAB. II
ISI & PEMBAHASAN
A.      Pengertian Isim Maushul
Secara harfiyah, Al-Maushul (الموصول) artinya : yang disambungkan atau yang dihubungkan (Fahmi, 2002 : 95).  Secara sederhana, isim maushul disebut juga dengan kata penghubung. Hal tersebut karena isim maushul berfungsi menghubungkan beberapa kalimat atau pikiran pokok menjadi satu kesatuan (Rusdianto, 2013 :42). Isim Maushul adalah isim yang membutuhkan Shilah (penghubung) dan 'aa-id (yakni Dhomir yang Zhohir atau Mustatir yang merujuk atau kembali kepadanya) (Anwar & Bakar, 2005 : 98).
Contoh :
جَآءَ الَّذِيْ نَصَرَ أَحْمَدَ
Tidak datang orang yang menolong Ahmad.
Pada lafazh نَصَرَ tersimpan dhomir هُوَ yang kembali kepada isim maushul, yaitu الَّذِيْ.
Redaksi lain mengatakan, Isim Maushul adalah kata yang menggantikan seseorang atau kebendaan dan disebutkan ketentuannya pada kalimat yang menjadi shilah-nya (Huda, 2011 : 11).
Isim Maushul digolongkan ke dalam Isim Ma'rifat karena isim ini memperjelas kata benda yang sudah jelas (Isim Ma'rifat), dengan menggunakan kalimat yang terletak sesudah Isim Maushul (Rusdianto, 2013 : 42).
B.       Pembagian Isim Maushul
Isim Maushul dibagi menjadi empat, yaitu :
1.      Isim Maushul Nash (Ismu'i, 98 : 76)/Maushul Ismi (Anwar, 2007 : 52).
الَّذِيْ، اللَّذَانِ\اللَّذَيْنِ، الَّذِيْنَ، الَّتِيْ، اللَّتَانِ\اللَّتَيْنِ، الْأُلَى، اللَّذُوْنَ، اللَّائِيْ، اللَّاتِيْ، اللَّوَاتِيْ، اللَّاءِ
2.      Maushul harfi (Anwar, 2007 : 52).
أَنْ مَصْدَرِيَّة، أَنَّ تَوْكِيْد، كَيْ، مَا مَصْدَرِيَّةْ، مَا مَصْدَرِيَّةْ لَيْسَ ظَرْفِيَّة، لَوْ
a)        أَنْ مَصْدَرِيَّة yang dapat disambungkan kepada fi'il yang munshorif.
Contoh :
1)        Fi'il Madhi              : عَجِبْتُ مِنْ أَنْ قَامَ زَيْدٌ
2)        Fi'il Mudhori'          : عَجِبْتُ مِنْ أَنْ يَقُوْمَ زَيْدٌ
3)        Fi'il Amar                : أَشَرْتُ إِلَيْهِ بِأَنْ قُمْ
b)        أَنَّ yang disambungkan kepada isim dan khabarnya.
c)        كَيْ yang disambungkan hanya kepada fi'il mudhori.'
d)       مَا مَصْدَرِيَّة ظَرْفِيَّة  dan bukan ظَرْفِيَّة
3.      Isim Maushul dengan lafazh Al (ال)  (Anwar & Bakar, 2005 : 106).
Alif lam (ال) dapat digunakan untuk menunjukkan yang berakal dan yang tidak berakal. Hanya saja hal ini masih diperselisihkan di kalangan ahli nahwu. Sebagian di antara mereka mengatakan bahwa alif dan lam (ال) ini dianggap sebgaia isim maushul, pendapat inilah yang shohih. Pendapat lainnya mengatakan "Sebagai huruf maushul" yang lainnya lagi mengatakan "Sebagai huruf ta'rif" dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan maushul (Bakar, 2012 : 93).
Sesungguhnya Al (ال) menjadi Isim Maushul apabila masuk kepada Isim Fa'il atau Isim Maf'ul (Anwar & Bakar, 2005 : 106). Contoh :
إِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ ﴿الْحَدِيْدُ [57] : 18﴾
"Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasulnya), baik laki-laki maupun perempuan". (QS. Al-Hadid [57] : 18).
Isim Fa'il adalah bentuk kata benda yang diambil dari kata kerja dan manunjukkan pelaku (yang mengerjakan pekerjaan atau yang bersifatkan) (Zaenuddin, dkk, 2012 : 101). Sedangkan Isim Maf'ul adalah bentuk kata benda yang diambil dari kata kerja dan menunjukkan objek (yang dikerjakan) (Zaenuddin, dkk, 2012  : 107).
Selain masuk pada Isim Fa'il dan Isim Maf'ul, juga bisa masuk pada Sifat Musyabihat, tetapi masih diperselisihkan. Menurut Syekh Abdul Hasan Ibnu Ushfurpun tidak menentu pendapatnya. Kadang-kadang mengatakan :"sesungguhnya Al ini adalah Maushul", kadang-kadang mengatakan :"tidak boleh dijadikan Maushul" (Abu Bakar, 2012 : 100).
Sifat Musyabbihat adalah bentuk kata sifat yang pengrtiannya sama dengan Isim Fa'il, yaitu "Yang Melakukan". Bedanya dengan Isim Fa'il adalah bahwa Sifat Musyabbihat itu tidak mengandung waktu sedangkan Isim Fa'il mengandung Waktu, yaitu "Akan" (Harun, 2010 : 201).
4.      Maushul Musytarik (Anwar & Bakar, 2005 : 106).
مَنْ، مَا، أَيٌّ، أَلْ، ذُوْ، ذَا
Keenam lafazh di atas termasuk dalam kelompok Isim Maushul Musytarik (bersekutu dengan Mufrad yang Mudzakkar dan Mufrad yang Muannats dengan cabang-cabangnya) (Anwar & Bakar, 2005 : 102).
مَنْ
Digunakan untuk menunjukkan makna yang berakal
مَا
Digunakan untuk menunjukkan makna yang tidak berakal
أَيٌّ
Digunakan untuk menunjukkan makna yang berakal dan yang tidak berakal
أَلْ
ذُوْ
ذَا
C.      Pokok-pokok dalam Isim Maushul
Dalam pembahasan Isim Maushul, ada dua hal pokok yang perlu kita pahami, yaitu Shilah (الصلة) dan Dhomir 'Aid (الضمير العائد) (Fahmi, 2002 : 97).
1.         Shilah
Secara harfiyah, Shilah (الصلة) artinya Sambungan atau Hubungan (Fahmi, 2002 : 97). Setiap Isim Maushul pasti mempunyai Shilah yang kemudian disebut Shilah Isim Maushul. Shilah tersebut bisa berupa :
a)        Jumlah Fi'liyah
Yang dinamakan dengan Jumlah adalah susunan kata/lafazh yang mempunyai arti sempurna ketika yang berbicara telah diam, isi pembicaraannya bisa dipahami oleh yang mendengar (Ghufron, 2012 : 55). Jumlah Fi'liyyah adalah jumlah yang dimulai dengan Kalimah Fi'il, baik Fi'il Madhi, Mudhori', Amr, maupun Nahi (Fahmi, 2002 : 97).  
Contoh Isim Maushul berikut Shilah-nya berupa Jumlah Fi'liyyah dan Dhomir 'Aid-nya :
ذٰلِكَ الْكِتَابُ لَارَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ ﴿2﴾ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ ﴿3﴾. ﴿الْبَقَرَة [2] : 2-3﴾.
Artinya :
"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang  bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezzeki yang Kami anugerahkan kepada mereka". (QS. Al-Baqarah [2] : 2-3).
Analisis :
Pada ujung ayat pertama di atas terdapat kalimah الْمُتَّقِيْنَ(Mereka yang bertaqwa) yang berbentuk Jamak Mudzakkar, dan ayat berikutnya dimaksudkan untuk menjelaskan siapa الْمُتَّقِيْنَ itu? Oleh karenanya, Isim Maushul yang digunakan adalah juga Isim Maushul untuk Jamak Mudzakkar, yaitu الَّذِيْنَ . sedangkan Kalimah  يُؤْمِنُوْنَ adalah Shilahnya berupa Jumlah Fi'liyyah, oleh karena ia adalah bentuk Fi'il Mudhori'. Kalimah يُؤْمِنُوْنَ mengandung dhamir jamak Mudzakkar, yaitu هُمْ dan dhamir inilah yang dimaksud dengan Dhamir 'Aid dan ia berkedudukan sebagai Fa'ilnya.
b)        Jumlah Ismiyah
Jumlah Ismiyyah adalah jumlah yang dimulai dengan Kalimah Isim yang terdiri dari Mubtada' (subjek) dan Khabar (predikat) (Fahmi, 2002 : 98). Jumlah ismiyyah disebut juga dengan Kalimat Nomina, yaitu kalimat yang tersusun dari Mubtada' dan Khabar, pada asalnya kalimat nominal ini berfungsi hanya untuk menetapkan keterkaitan sesuatu dengan sesuatu tanpa mengindahkan aspek kebaruan dan kesinambungan (Al-Farisi, 2011 : 227).
Contoh Isim Maushul berikut Shilah-nya berupa Jumlah Ismiyyah dan Dhomir 'Aid-nya :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ﴿1﴾ الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلٰوتِهِمْ خَاشِعُوْنَ ﴿2﴾. ﴿الْمُؤْمِنُوْنَ [23] : 1-2﴾
Artinya :
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyang". (QS. Al-Mu'minun [23] : 1-2).
Analisis :
Pada ujung ayat pertama di atas terdapat Kalimah الْمُؤْمِنُوْنَ (Orang-Orang Yang Beriman) yang berbentuk Jamak Mudzakkar, dan ayat berikutnya dimaksudkan untuk menjelaskan siapa الْمُؤْمِنُوْنَ itu? Oleh karenanya, Isim Maushul yang digunakan adalah juga Isim Maushul untuk Jamak Mudzakkar, yaitu الَّذِيْنَ. Sedangkan Kalimah هُمْ فِيْ صَلٰوتِهِمْ خَاشِعُوْنَ adalah Shilahnya berupa Jumlah Ismiyyah, oleh karena ia dimulai dengan Kalimah Isim, yaitu Isim Dhomir هُم. Isim Dhomir هُمْ berkedudukan sebagai Mubtada', sedangkan Kalimah خَاشِعُوْنَ berkedudukan sebagai Khobarnya. Jadi, pada Shilah itu terdapat Dhomir Jamak Mudzakkar yaitu هُم, dan Dhamir inilah yang dimaksud dengan Dhomir 'Aid. Dengan demikian, sesuailah antara Isim Maushul dan Dhmair 'Aid-nya, yaitu sama-sama Jamak Mudzakkar.
c)        Syibhul Jumlah
Secara Harfiyah, Syibh artinya susunan kalimah yang menyerupai jumlah, yang dimaksud dengan Syibh Jumlah adalah susunan kalimah yang terdiri dari Jarr-Majrur dan Zharaf-Mazhruf (Fahmi, 2002 : 98).
2.         Dhomir 'Aid
Secara harfiyah, Dhomir 'Aid artinya dhomir yang kembali, setiap Shilah Isim Maushul harus mengandung Isim Dhomir yang kembali dan sesuai dengan Isim Maushul-nya (Fahmi, 2002 : 98). Mengenai hal ini, perhatikan tabel berikut ini :

الواقع
الضمير العائد
إسم موصول
مفرد مذكر
هُوَ
الَّذِيْ
مثنى مذكر
هُمَا
الَّذَيْنِ، الَّذَانِ
جمع مذكر
هُمْ
الَّذِيْنَ، الْأُلٰى
مفرد مؤنث
هِيَ
الَّتِيْ
مثنى مؤنث
هُمَا
اللَّتَانِ، اللَّتَيْنِ
جمع مؤنث
هُنَّ
اللَّاتِيْ، اللَّاتِ، اللَّائِيْ، اللَّاءِ
D.      Analisis beberapa contoh jumlah yang mengandung Isim Maushul pada skripsi yang berjudul ﴿ فعالية إستخدام الوسائل التعليمية مكرو ميديا فلاشه لترقية مهارة الكلام Karya Syaekhu Ali Ramadhan"
1.       في اللغة العربية والمميزات التي لا توجد في اللغات الأخرى
2.       يحتاج التعليم الى وسائل الإيضاح التى تساعد سائر التعليم.
3.       لانها إحدى الوسائل التى لها قيمة معينة
4.       بين الطلاب الذين يتعلمون بإستخدام الوسائل التعليمية مكرومديا فلاشه
5.       والذين يتعلمون بدون إستخدامها.
6.       و الفرضية التي يؤمن بها
7.       توصل الباحث إلى النتائج التي على أن الوسيلة المصممة
8.       من هذاالبحث حصلت الباحثة التدريبات المبرمجة التي تتكون من
9.       والتى لا تعتمد أساسا على ألفاظ واللغة
10. على أنها تلك المواد التى تعتمد
11. فهو النظر الذي وضح عن مأوية المعارف
12. والنشاط الذي يملكه الشخص
13. والتجربة المباشرة التي فعلها الشخص نفسه
Analisis :
Pada contoh nomor 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, dan 13, terdapat Isim Maushul dengan lafazh الَّتِيْ,  sedangkan pada contoh nomor 4, 5, 11, dan 12 terdapat Isim Maushul dengan lafazh الَّذِيْ. Dan pada contoh nomor 7, 8, dan 13 terdapat Isim Maushul tetapi dalam  bentuk Alif Lam (ال) yang masuk pada bentuk Isim Maf'ul.
Ketiga belas contoh tersebut di atas mengandung Isim Maushul yang berbeda-beda bentuknya terutama dalam bentuk berdasarkan jenis dan bilangannya.

BAB. III
PENUTUP
Kesimpulan :
1.        Isim Maushul adalah isim yang membutuhkan Shilah (penghubung) dan 'aa-id (yakni Dhomir yang Zhohir atau Mustatir yang merujuk atau kembali kepadanya.
2.        Isim Maushul dibagi menjadi empat, yaitu :
a.         Isim Maushul Nash/Maushul Ismi
b.         Maushul harfi
c.         Isim Maushul dengan lafazh Al (ال) 
d.         Maushul Musytarik










DAFTAR PUSTAKA
رمضان، شيخ علي. 2013. فعالية إستخدام الوسائل التعليمية مكرو ميديا فلاشه لترقية مهارة الكلام ﴿الرسالة﴾. شربون : جامعة شيخ نورجاتي الإسلامية الحكومية.
Abu Bakar, Bahrun. 2012. Terjemahan Alfiyah Syarah Ibnu 'Aqil. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Al-Farisi, M. Zaka. 2011. Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Anwar, Moch. & Abu Bakar, Anwar. 2005. Ilmu Nahwu Terjemahan Mutammimah Al-Ajurumiyyah. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Anwar, Moch. 2007. Tarjamah Matan Afiyah. Bandung : PT. Al-Ma'arif.
Departeman Agama RI. 1996. Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. Semarang : PT. Karya Toha Putra.
Fahmi, Akrom. AH. 1999. Ilmu Nahwu & Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab) Praktis dan Aplikatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Harun, Salman. 2010. Pintar Bahasa Arab Al-Qur'an, Cara Cepat Belajar Bahasa Arab Agar Paham Al-Qur'an. Tangerang : Lentera Hati.
Huda, Nurul. 2011. Mudah Belajar Bahasa Arab. Jakarta : Amzah.
Ismu'u, Hasyim. 1998. Terjemah Mutammimah Al-Ajurumiyyah, Ilmu Nahwu. Surabaya : Salim Nabhan.
Rafiq, Aunur bin Ghufron. 2012. Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab. Gresik : Pustaka Al-Furqan.
Rusdianto. 2013. Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat. Jogjakarta : DIVA Press.
Zaenuddin, Mamat., dkk. 2012. Pengantar Morfologi Arab. Bandung : Zein Al-Bayan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar