Balaghah Pembahasan Kalam
A. Pembagian kalam
Dalam pembagian kalam (kalimat), di
bagi menjadi dua bagian, yaitu kalam khabar dan insya’i.
1. Tentang Hakikat Khabar
الخبر هو ما يحتمل الصدق والكذب
لذاته
(Sayyid Ahmad Alhasyimi) “kalam
khabar adalah kalam yang mengandung kebenaran dan kedustaan karena dzat-Nya”
.
Seperti contoh :
العلم نافع
“ilmu pengetahuan itu bermanfaat”
Dalam hal tersebut kita telah
menetapkan sifat manfaat bagi ilmu pengetahuan, dan sifat itu tetap untuknya,
baik kalimat itu di ucapkan atau tidak. Sedangkan kemanfaatan ilmu itu merupakan
hal yang bisa di pahami secara nyata.
Yang di maksud dengan kebenaran khabar
(shidqul khabar) ialah khabar itu sesuai dengan kenyataan dan keadaannya,
sedangkan yang di maksud dengan kedustaan khabar (kizbul khabar) ialah ialah,
khabar itu tidak cocok dengan kenyataannya.
Jadi jumlah dari lafadz
العلم نافع jika nisbat kalimatnya yaitu tetapnya
kemanfaatan bagi ilmu,yang dipahami dari jumlah tersebut sesuai dengan
kenyataannya,maka disebut benar tetapi jika tidak cocok dengan kenyataan,maka
disebut dusta,seperti perkataan
الجهل نافع
“Kebodohan
itu bermanfaat”
Karena
nisbat kalimatnya tidak sesuai dengan kenyataanya[1]
Yang
termasuk khobar itu adalah[2] :
1. Ucapan
yang mungkin benar dan mungkin bohong, contoh
:
-
العلم نافع
-
الجهل نافع
2. Ucapan
yang pasti benar dan pasti bohong, mengingat segi-segi luar,
seperti jika ucapan tersebut yang mengucapkannya Allah atau Rosul atau
ucapan tersebut sangat gamblang, Contoh:
-
إن
الابرار لفي نعيم
-
قال
فرعون : أنا ربكم الأعلى
Jadi tidak
termasuk Khobar, ucapan yang tidak mungkin benar dan tidak mungkin
bohong, mengingat ucapan itu sendiri, walaupun melihat segi luaran ucapan
itu mungkin benar mUngkin bohong, contoh:
-
هل
إجتهد الطالب
Beberapa tujuan
penyampaian khabar (berita)
إفادة السامع نفس الحكم اوكان مخبر به ذا علم
“Adapun tujuan khobar yaitu member faedah
kepada pendengar akan hokum dan member tahu bahwa pembicarapun mengetahui”[3]
Karena dua tujuan inilah khabar atau
berita itu disampaikan, yaitu[4] :
a) Memberi faedah kepada
mukhatab tentang hukum yang di kandung oleh kalimat itu apabila ia belum
mengerti. Hukum tersebut dinamakan faedah khabar, seperti contoh :
الدين المعاملة “agamamu adalah pergaulan”.
Tujuan seperti ini biasa disebut “فائدة
الخبر”
b) Memberikan faedah kepada
mukhatab bahwa mutakalim mengerti juga tentang hukum yang di ketahui mukhatab,
seperti perkataan anda kepada seorang murid yang merahasiakan kelulusannya
dalam ujian dan anda mengetahui dari jalan yang lain. Seperti contoh :
انت نجحت فى الامتحان “ engkau lulus
dalam ujian”
Tujuan
seperti ini biasa disebut لازم الفائدة"”
B. Tatacara Mutakallim menyampaikan khabar
kepada Mukhatab
Dalam
kitab Jauharul Maknun di sebutkan :
فيخبر الخالى بلا توكيد مالم يكن في الحكم ذا ترديد
فحسن و منكر الاخبار حتم له بحسب الانكار
Bahwa mukhatab itu mempunyai tiga macam kondisi, yaitu[5] :
a. Adakalanya ragu-ragu dalam hukum sekaligus
ingin mengetahuinya. Maka yang baik adalah mengukuhkan kalimat yang disapaikan
kepadanya untuk menguatkan hukum supaya hukum itu dapat masuk ke hatinya.
Disamping itu agar perselisihan bisa di hilangkan. Seperti contoh :
انّ الأمير منتصر
“sesungguhnya sang raja itu
mendapatkan kemenangan”.
Khabar macam ini dinamakn thalabi.
b. Adanya mengingkari hukum yang
disampaikan. Mukhatab
berkeyaqinan sebaliknya. Oleh karena itu wajiblah mengukuhkan kalimat dengan
satu perlengkapan pengukuhan, dua atau lebih banyak, sesuai dengan kekuatan dan
kelemahan dari keingkrannya. Seperti contoh :
انّ اخاك قادم
“ sesungguhnya saudaramu datang “.
Khabar semacam ini dinamakan khabar inkari.
c. Adakalanya kosong hatinya dari hukum. Dalam
kondisii ini tidak
perlu kalimatnya dikukuhkan. Sebaba tidak ada keperluan mengunguhkannya.
Seperti dalam contoh, sebagai berikut :
اخاك قا ئم
“saudara mu berdiri”
Khobar
ini dinamakan khabar ibtida’i
Jadi, menyampaikan kalimat sesuai dengan tiga macam khobar
tersebut dinamakan penyampaian yang kontekstual atau disebut muqhtadho zhahiril
haal. Karena didalam ilmu balaghoh sendiri pantangan omong kosong(
memperpanjang kata tanpa ada faedahnya).
C. TENTANG KALAM INSYA DAN
PEMBAGIANNYA
Kalam
insya menurut pengertian etimologi adalah mewujudkan. Dan menurut pengertian
terminologi dan istilah ulama balaghah, ialah :
ما لايحتمل لصّدق والكذب لذته
“Kalimat
yang tidak mengandung kebenaran dan kedustaan bagi zatnya.[6]”.
Dalam kitab Jauhar
Maknun disebutkan:
ما لم يكن محتملا للصدق
والكذب الإنشاككن بالحق
Contoh :
إغفر “Ampunilah”
إرحم “Kasihanilah”
Kalam
insya terbagi dua, yaitu : Insya tholabi dan Insya goiru tholabi.
Adapaun
insya tholabi yaitu menghendaki (mencari) makna yang belum berhasil.
Kalam insya tholabi memiliki banyak pembagian,
Kalam Insya’ Tholabi menggunakan lima
macam bentuk :
1) ’Amr )
tuntutan perbuatan) atau
Contoh : إفتح الباب
Do’a (tuntutan meminta dari yang rendah pada
yang lebih tinggi drajatnya)
Contoh : إهدنا الصراط المستقيم
2) Nahi (tuntutan mencegah)
Contoh : لا
تكل
3) Nida (tuntutan menghadap)
Contoh :يا
عبدالله
4) Tamanni(tuntutan
mencapai hal yang disukai)
Contoh : لعل الحبيبة تجيئ يوما
5)
Istifham(tuntutan minta pengertian)
Contoh : هل زيد قائم
Adapun
devinisi kalam insya tholabi yaitu:
يستدعى مطلوبا غير حاصل وقت الطلب مالا
“Kalam yang tidak menghendaki makna yang diharapkan yang tidak
bias tercapai pada waktu adanya tuntutan”
Seperti bentuk-bentuk menyanjung dan mencela
-
Beberapa aqad -
Lafadz la’alla (semoga)
-
Sumpah - Kam khobariyah (betapa banyak)
-
Mennyanjung
-
Pengharapan
-
Lafadz rubba (banyak)
KESIMPULAN
Dalam pembagian kalam (kalimat), di
bagi menjadi dua bagian, yaitu kalam khabar dan insya’.
“Kalam khabar
adalah kalam yang mengandung kebenaran dan kedustaan karena dzat-Nya” .
“Kalam insya adalah suatu kalam yang tidak mengandung kemungkinan
benar atau dusta itu di namakan kalam insya”.
Pembagian kalam insya, terbagi dua macam, yaitu :
a.
Insya tholabi
Kalam Insya’ Tholabi menggunakan lima
macam bentuk :
1) ’Amr )
tuntutan perbuatan) atau
Contoh : إفتح الباب
Do’a (tuntutan meminta dari yang rendah pada
yang lebih tinggi drajatnya)
Contoh : إهدنا الصراط المستقيم
2) Nahi (tuntutan mencegah)
Contoh : لا
تكل
3) Nida (tuntutan menghadap)
Contoh :يا
عبدالله
4) Tamanni(tuntutan
mencapai hal yang disukai)
Contoh : لعل الحبيبة تجيئ يوما
5)
Istifham(tuntutan minta pengertian)
Contoh : هل زيد قائم
b.
Insya goiru tholabi
Adapun devinisi kalam insya tholabi yaitu:
يستدعى مطلوبا غير حاصل وقت الطلب مالا
“Kalam yang tidak menghendaki makna yang diharapkan yang tidak
bias tercapai pada waktu adanya tuntutan”
Seperti bentuk-bentuk menyanjung dan mencela
-
Beberapa aqad -
Lafadz la’alla (semoga)
-
Sumpah - Kam khobariyah (betapa banyak)
-
Mennyanjung
-
Pengharapan
-
Lafadz rubba (banyak)
DAFTAR PUSTAKA
-
Sunarto,Akhmad,2012, cet. Kedua, Terjemah
“Jauhirul Maknun”,Surabaya: Mutiara Ilmu
-
Zuhri, M, 1994, “ Terjemahan Jawahirul
Balaghah”, “Mutiara Ilmu Balaghah”, Surabaya; Mutiara Ilmu,
-
Abd ar-Raḫman
bin Muhammad al-Akhdlari Nazham Taqrirat
Jauhar al-Maknun(Kediri: Raudlatul Ulum, tt)
-
Buku Ajar “Ilmu Balaghoh” Pondok Perg.KH Z Musthofa
احمد هاشمي۱۳٦٢–١٢۹٥ “جواهرالبلاغة في المعاني والبيان
والبديع” دارالكتب العلمية; بيرت -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar